Penulis : Teuku Romy Syahputra
NIM : 1210102010088
Tugas Penulisan Kreatif 03
Sudah lebih dari 4 jam perjalananku di bus ini, tapi belum juga sampai ke kota tujuanku. Jalan yang berliku-liku membuat bus berjalan pelan dan sangat berhati-hati. Kota yang akan kudatangi adalah Kyrat, kota kelahiranku. Kyrat merupakan sebuah kota kecil yang terletak di lembah Himalaya, Nepal. Tujuanku kesini untuk memenuhi permintaan terakhir dari ibuku yang telah meninggal. Dia berpesan kepadaku untuk meletakkan abu kremasi nya di Kyrat tepatnya di kuil Yakshini. Beliau ingin abu nya bersampingan dengan abu adikku yang telah lama meninggal.
NIM : 1210102010088
Tugas Penulisan Kreatif 03
Sudah lebih dari 4 jam perjalananku di bus ini, tapi belum juga sampai ke kota tujuanku. Jalan yang berliku-liku membuat bus berjalan pelan dan sangat berhati-hati. Kota yang akan kudatangi adalah Kyrat, kota kelahiranku. Kyrat merupakan sebuah kota kecil yang terletak di lembah Himalaya, Nepal. Tujuanku kesini untuk memenuhi permintaan terakhir dari ibuku yang telah meninggal. Dia berpesan kepadaku untuk meletakkan abu kremasi nya di Kyrat tepatnya di kuil Yakshini. Beliau ingin abu nya bersampingan dengan abu adikku yang telah lama meninggal.
Sesampai di Kyrat, bus yang aku tumpangi di hadang oleh tentara
yang mengenakan seragam berwarna merah. Supir bus turun dan berbicara dengan
bahasa Kyrat. Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan, tetapi tiba-tiba para
tentara tersebut menembaki supir dan bus yang aku tumpangi dengan membabi buta.
Para penumpang terkejut bukan kepalang. Aku ditarik keluar bersama penumpang
lain dan bersiap untuk ditembak mati.
Tiba-tiba dari arah utara, datang sebuah helikopter yang mendarat
tepat di lokasi penembakan tersebut. “Tahan tembakan, tahan tembakan”, ucap
komandan tentara berompi hitam. Pria dengan perawakan tinggi putih berambut
pirang ala emo dengan jas berwarna merah jambu tersebut turun dari
helikopternya dan melihat lokasi tersebut sudah penuh dengan darah dan mayat. Dari gaya dan perilakunya, aku langsung mengasumsikan
bahwa pria ini pasti pemimpin mereka. Dia langsung berkata pada komandan
tersebut dengan nada pelan, “Sepertinya ada yang salah disini. Apakah kau masih
mengingat kata-kataku? Aku menyuruh untuk memberhentikan (stop) bukan menembak
(shoot). Apa kedua kata itu hampir sama sehingga kau salah mengartikannya?”.
Komandan itu menjawab dengan rasa bersalah “Maaf tuan, kami kehilangan
kendali”. Dia menjawab, “Aku sangat komitmen dengan kata-kataku, sepertinya kau
sudah tau konsekuensinya jika tidak menjalankan perintah”, tegas pria berjas
merah jambu tersebut. Tanpa ampun, pria itu menikam si komandan dengan pisaunya
sampai berkali-kali. Komandan itupun tewas, darahnya bercucuran deras dan
berpercikan ke wajah si pria aneh itu.
Dengan wajah tersenyum, dia menyapa ku dan berkata, “Selamat datang
di Kyrat, Ajay Ghale”. Aku terkejut dan langsung menjawab, ”Bagaimana kau bisa
tau namaku?”. “Bola matamu mengingatkan ku pada ibumu, Ishwari Ghale”, ujarnya
pelan. Aku hanya bisa terdiam, ternyata pria berambut pirang itu mengenal
namaku dan juga ibuku. Padahal aku belum pernah melihat pria tersebut
sebelumnya. “Apa tujuanmu kesini Ajay?” ucap pria itu. “Ibuku berpesan padaku
untuk membawa abu kremasi nya ke kota ini” ungkapku pelan. “Hmm, aku turut
berduka atas kepergiannya. Dia adalah wanita yang baik semasa hidupnya” ungkap
pria tersebut dengan wajah datar. Kemudian dengan penuh senyuman, pria tersebut
mengundangku ke istana dengan menggunakan helikopter miliknya.
Di Dalam Istana Kyrat
Di Dalam Istana Kyrat
Istana tempat tinggalnya terasa sangat dingin. Dari jendela
terlihat penggunungan Himalaya begitu indah dengan adanya salju yang
menyelimutinya. Aku di jamu dengan makanan dan minuman oleh pria tersebut
bersama jenderal dan para pengawalnya. “Perkenalkan sebelumnya Ajay, namaku
Pagan Min. Mungkin kau belum mengetahuiku, tapi akulah pemimpin serta penguasa
kota Kyrat”, ucapnya. Aku hanya mendengar saja tanpa bisa menjawab apalagi di
sampingku ada banyak tentara. “Coba lihat semua gambar di uang ini, semuanya
tergambar wajahku. Coba lihat, apakah yang ada di uang ini mirip denganku?”
tandasnya sambil memamerkan gambar di uang itu padaku.
Aku langsung berpikir bahwa dia adalah orang yang punya kekuatan
besar di kota ini. Tidak boleh ada orang yang menentang ataupun melanggar
perintahnya karena dia akan membunuh siapapun yang tidak mematuhi peraturannya.
Tiba-tiba seorang tentara mendatanginya dan berkata, “Kita punya sedikit
masalah tuan, para pemberontak menyerang”. Jenderal yang sedang bersama Pagan
Min langsung menyuruh seluruh tentara untuk bersiap melawan para pemberontak.
“Siapkan semua tentara dan senjata, kemudian bunuh semua Golden Path” ujar jenderal.
Sekarang di meja jamuan tinggal aku saja bersama Pagan Min. Dia
kemudian sedikit menceritakan perihal Golden Path. “Kami memiliki sedikit
masalah dengan Golden Path, mereka adalah pemberontak yang tidak senang dengan
kepemimpinanku. Itu merupakan sebuah hal yang sangat disayangkan”, ungkap Pagan
Min. Telepon genggam nya lalu berdering dan dia berkata, “Ajay, aku harus
mengangkat telepon ini, kau disini saja dan jangan kemana-mana. Aku akan
mengantarmu menaruh abu ibu mu di makam Lakhsmana. Aku segera kembali”.
Aku menilai Pagan Min sebagai penjahat. Dalam hatiku, tersirat
bujukan untuk pergi dari istananya dan mencari sendiri kuil Yakshini. Jujur,
aku tidak tau letak kuil tersebut karena aku telah meninggalkan Kyrat dalam
waktu yang sangat lama. Secara perlahan, aku mengendap-endap agar dapat kabur
dari istana. Ketika aku sampai di sebuah ruangan berdinding kaca, aku melihat
beberapa orang rakyat sedang di siksa oleh tentara Pagan Min. Pikiranku
langsung mengarah kepada suatu hal. Aku harus menyelamatkan diri sebelum aku
yang menjadi target selanjutnya.
Pintu belakang menjadi tempat yang menurutku aman untuk melarikan
diri. Perlahan aku membuka pintu dan ... Kepalaku langsung ditodongi sebuah
senjata laras panjang. Tiba-tiba orang itu berkata padaku, “Hah? Anak Mohan
Ghale? Aku tidak percaya ini. Apa yang membawamu kesini? Kenalkan namaku Sabal,
aku bagian dari Golden Path”. Aku terkejut, ternyata pria berambut cepak dan
berkulit cokelat itu adalah anggota dari pemberontak yang diceritakan oleh Pagan
Min. Tetapi yang lebih membuatku terkejut, dia mengatakan bahwa aku anak dari Mohan
Ghale. Aku tidak mengenal Mohan Ghale. Ibuku tidak pernah menceritakan tentang
dia sebelumnya. “Aku datang untuk membawa abu kremasi ibuku ke kuil Yakshini,
itu permintaan terakhirnya”, ungkapku. Dia menjawab dengan tegas, “Sebaiknya
kau ikut denganku dulu untuk menyelamatkan diri karena kondisi disini sedang
tidak aman. Ayo cepat lari dari sini”. Dengan cepat aku berlari menjauh dari
istana. Sabal menjagaku dan menembaki semua tentara. Sesampai di dalam mobil,
aku mengemudi dan Sabal tetap menembak. Kami menjalani hari yang mengerikan
walau pada akhirnya aku dan Sabal bisa tiba di markasnya dengan selamat.
Awal Kehidupan Di Banapur
Awal Kehidupan Di Banapur
Ketika aku turun dari mobil, seorang wanita cantik yang mengenakan
baju khas India berkata padaku dengan nada sinis, “Kau siapa? Ada gerangan apa
kau datang ke Banapur, markas rakyat Golden Path?”. Sabal langsung memotong
pembicaraan, “Dia putra Mohan Ghale, dia layak berada di sini”, ungkapnya. Aku
tidak bisa berkata-kata, walau akhirnya wanita itu mengizinkanku untuk berada
disini. “Hai turis, namaku Amita. Kau boleh tinggal disini tetapi kau harus
mematuhi aturan yang ada” ungkapnya sinis. Nada bicaranya yang tegas membuatku
berpikir bahwa Amita punya peranan penting di Golden Path. Aku pun mengiyakan
aturannya.
Misi ku untuk menaruh abu ibuku ditempat permintaannya belum
kuselesaikan. Aku kemudian bertanya pada Sabal perihal itu. Sabal menjawab,
“Kau tidak akan bisa sampai di kuil Yakshini dengan mudah karena kuil itu berada
di daerah kekuasaan Pagan Min. Kau harus mengalahkannya agar bisa ketempat itu”
tandasnya. Ini merupakan tugas yang berat untukku, tetapi aku sangat yakin bisa
menaklukkan Pagan Min nantinya.
Sepertinya Kyrat adalah tempatku. Aku merasa sangat nyaman disini. Suatu
hari, Banapur diserang oleh tentara Royalis Pagan Min. Sabal menyuruhku untuk
berperang demi mempertahankan Banapur. Berkat kecerdikan kami, akhirnya Golden
Path bisa menang. Dengan penuh apresiasi, Sabal berkata padaku, “Kau merupakan
harapan yang diberikan Dewa Kyra kepada rakyat Golden Path. Terimakasih dewa
Kyra” rintihnya. Karena aku dianggap sudah mampu menjaga kota Banapur dari
kekejaman tentara Royalis, Sabal memintaku untuk membunuh Pagan Min.
Menyelesaikan Tugas Akhir Untuk Golden Path
Menyelesaikan Tugas Akhir Untuk Golden Path
Dengan perjalanan yang berliku-liku dan penuh rintangan, akhirnya aku berhasil sampai ke kota kediaman Pagan Min.
Rakyat Kyrat menamakannya The Royal Palace. Tempat itu sangat indah, di tengah
taman terdapat patung Pagan Min yang terbuat dari emas. Pepohonan hijau
menghias taman dan puncak Everest terlihat sangat indah dari kota itu. Aku
berhasil menyeludup ke dalam istana. Hari itu kota The Royal Palace sangat
sepi. Sepertinya para tentara sedang melakukan perencanaan untuk menyerang
Banapur. Sesampai di lantai atas istana, aku melihat Pagan Min sedang duduk di
depan meja makannya. Dengan pistol yang ada ditanganku, aku bersiap untuk
menembak kepalanya. Tetapi dengan tenang dia berkata, “Apa abu ibumu sudah kau
letakkan? Apakah kau tau dimana tempat itu? Jika kau membunuhku, kau tidak akan
pernah tau tempat itu” ungkapnya. Demi memenuhi permintaan ibuku, aku pun
mengiyakannya dan berkata, “Baiklah, tapi kau harus berjanji untuk tidak
membohongiku”.
Dengan senyuman, dia mengantarku ke kuil Yakshini yang ada di kota
The Royal Palace. Selama perjalanan, Pagan Min menceritakan banyak hal.
Ternyata, Mohan Ghale adalah ayahku. Mohan dan Pagan Min dulunya adalah teman
di masa perang melawan tentara Nasionalis. Tetapi Mohan memilih untuk membentuk
Golden Path dan dia ingin membangun kerajaan. Mohan sangat marah kala itu
karena Pagan Min tidak mendukungnya di Golden Path.
Mohan Ghale kemudian menikahi ibuku, Ishwari Ghale. Pagan Min juga
mengatakan bahwa aku adalah anak satu-satunya dari mereka dan tidak memiliki
adik. Aku sangat terkejut, karena isi pesan ibuku adalah menyuruhku menaruh abu
ibuku bersampingan dengan abu adikku. Pagan Min melanjutkan ceritanya dan
ternyata, ibuku Ishwari Ghale memilih untuk menikah dengan Pagan Min dengan
alasan karena Mohan tidak pernah punya waktu bersamanya karena selalu berada di
medan perang. Pagan Min dan ibuku dikaruniai seorang anak yang diberi nama
Lakhsmana Min.
Pernikahan ibuku dengan Pagan Min ternyata membuat Mohan sangat
murka. Mohan akhirnya membunuh Laksmana yang kala itu masih berusia amat muda,
1 tahun. Ibuku sangat marah pada Mohan. Lalu ibuku kehilangan kendali dan
membunuh Mohan, ayahku. Demi menetralisir keadaan yang semakin memanas, ibuku
akhirnya melarikan diri dan membawaku ke Amerika, dengan alasan agar aku tidak
terpengaruh dengan kondisi di Kyrat.
**
Mendengar cerita itu, aku sangat sedih sekaligus marah dengan kedua
orang tuaku. Tetapi Pagan Min menyuruhku untuk menerima semua kenyataan yang
telah terjadi serta mendoakan keduanya agar diterima di sisi Dewa. Sungguh
tidak disangka, ternyata Pagan Min yang sebelumnya kuanggap penjahat ternyata
salah. Setelah aku menaruh abu ibuku di samping Laksmana, Pagan Min
menyarankanku untuk kembali ke Amerika karena Golden Path bisa menyerang
kerajaan kapan saja. Aku pun mengiyakan saran itu. Pagan Min pun berkata, “Aku
yang akan mengakomodasi semua kebutuhanmu disana. Tenanglah nak, kau akan jadi
orang hebat nantinya, tidak seperti aku atau kedua orang tuamu, banggalah
dengan dirimu sendiri” ujar Pagan Min padaku. Dengan terbalut jaket tebal,
secara perlahan aku pergi meninggalkan lembah Himalaya yang dingin itu dengan
penuh harapan baru untuk masa depan.
#TRS
#TRS